Aku terlahir disini, sebuah tempat yang menurutku sangat aneh. Setiap hari kami harus memakai masker jika ingin melakukan aktivitas diluar rumah. Dua tahun lalu rumah merupakan salah satu tempat teraman ditempat ini, namun sekarang balai kota adalah satu satunya tempat yang paling aman bagi kami untuk membuka masker. Desa kami dikelilingi tembok raksasa dengan atap berbentuk kubah terbuat dari kaca yang mengurung kami selamanya diarea seluas 20.000 hektar ini. Keadaan kubah pelindung yang semakin rapuh membuat keadaan kami semakin memburuk, Oksigen menjadi kebutuhan utama selain makanan yang juga sulit didapat.
Hari ini kami dikumpulkan dibalaikota untuk menentukan apa kemampuan kami dan akan ditempatkan dibagian mana kami nanti. Aku terpilih menjadi seorang cacat yang dikucilkan warga, seorang Reminder. Aku belum tahu tugaku ini apa, setiap generasi (50 tahun) sekali hanya akan ada satu Reminder dan keberadaan mereka sangat misterius. Mereka tinggal disebuah gudang dibelakang perpustakaan. Temanku adalah Def, Ia terpilih menjadi seorang Ilmuan sesuai cita citanya.
“Ri, baiknya kamu temui dulu Reminder siapa tahu kamu tertarik”
“tapi itu adalah pekerjaan yang dihindari semua orang Def”
“apa salahnya mencoba, kalau kamu tidak suka kamu boleh tinggalkan”
Sedikit motivasi dari Def akhirnya aku menemui Reminder pak Sabar. Beliau sedang duduk sendiri dibalkon perpustakaan,
“kamu penerusku?”
“iya pak”
“akhirnya tibalah masanya untuk kita semua”
“maksudnya pak?”
“ikut aku”
kemudian kami berdua menuju gudang berukuran 2×3 M. Disana beliau memberikan padaku sebuah batu bertulis bahasa Palembang, bahasa Kuno yang sudah lama kami tinggalkan. Dalam batu itu tertuliskan :
“apa maksudnya ini?”
“aku juga tidak tahu, tugasku hanya sampai disini saatnya kau yang mencari tahu”
Aku yang penasaran kemudian pergi keperpustakaan mencari buku sejarah yang sering aku baca dulu.
“Ri, kau adalah seorang Rimender”
“Iya pak, sudah saatnya”
Penjaga perpus menyerahkan sebuah buku. Disana terdapat dongeng dongeng pengantar tidur kata penjaga perpus. Aku sadar, itu bukan dongeng, itu adalah saat dimana hidup dibumi terasa sangat indah. Bumi bukan dongeng, bukan surga setelah kami mati, tempatku adalah bagian dari bumi.
“temui rekanmu Def, tanyakan padanya”
Aku segera menemui Def dan memintanya mencari arsip tentang sejarah bumi dan apa yang terjadi sebelum bumi lenyap.
“bumi adalah tempat makhluk hidup, disana ada hewan
tumbuhan dan menusia hidup berdampingan”
“lalu apa yang terjadi?”
“keserakahan manusia telah membuat bumi menderita dan rusak,
terjadinya pembakaran lahan, polusi kendaraan bermotor, pencemaran limbah d
an pertambangan besar besaran”
Istilah istilah yang membuat aku bingung sekaligus merinding dengan apa yang aku dengar semua itu menyebabkan kerusakan yang massive selama ribuan tahun kehidupan manusia. Keesokan harinya aku berniat untuk menemui walikota, Def melarangku.
“jangan Ri, walikota adalah musuhmu.
Itulah mengapa beliau sangat membenci dan mengucilkankalian”
“lalu aku harus kemana?”
“kita temui aktivis lingkungan”
Aktivis lingkungan adalah orang yang percaya ramalan, bahwa suatu saat hidup akan membaik. Aku menemui pimpinan mereka, Pak Salim. Beliau mempercayai semua cerita, argumen dan dongeng yang aku ceritakan padanya. Kemudian beliau memerintahkan para anggotanya untuk membantuku menemukan jalan keluar yang dijanjikan itu. Sebuah petunjuk dari nenek tua
“disana ada sebuah pintu”
“pintu keluar?”
“kami tak pernah tahu, walikota mengubur dan menutupnya.
Tempat itu sangat terlarang”
Seorang pemegang sejarah dan ramalan kuno mengatakan bahwa dibelakang gedung balaikota terdapat sebuah gudang bawah tanah yang sudah lama dilupakan, disana terdapat sebuah lorong yang tak pernah ada yang bisa menembusnya terlalu banyak jebakan disana, dan walikota sudah melarang semua warga mendekati tempat itu.
kami langsung mencari tempat keramat itu. kami menjadi buronan kota, sedang pak salim sudah ditangkap dengan alasan penghianat. dalam keputus asaan akhirnya kami menemukan gudang itu, aku ditemani sekitar 4 orang mencoba menembus tempat itu. Dibekali beberapa alat dan petunjuk dari Def aku nekat menembus gelap dibawah kota. Disana terdapat sekitar 7 jebakan yang mematikan anggota kami bersisa 2 orang, saat kami memasuki rintangan terakhir berupa sungai bawah tanah. Setelah sampai diujung aku keluar disebuah pinggiran tempat yang penuh dengan tumbuhan kecil, seperti rumput dalam dongeng. Didinding kota kami terdapat tulisan :
kalo kamu selamat sampe disini berarti saatnyo kaummu jugo keluar, bukalah kunci ini.
Aku kemudian meletakkan semacam kartu yang terbuat dari kaca pemberian Pak sabar. Kemudian terbukalah kubah dan gerbang didepanku yang ternyata rombongan Def sudah menanti disana, kami menyebar menjelajah tempat baru yang tak pernah kami lihat sebelumnya kecuali dalam cerita dongeng. Mereka memanggilku Kapten Ri yang terpilih. aku dan Def melanjutkan petualangan dan hidup kami didunia baru itu. kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan manusia generasi pendahulu kami.
Oleh Rian R Tandra
untuk cerita serem lainnya silahkan kunjungi blog baru saya
www.kaptenri.com
terima kasih