Untuk perempuan berkacamata


Pagi itu masih menyisakan sedikit kabut
Dan temaram lampu jalan mulai menghilang
Aku sendirian, menuju tempat pesakitan

Wajahmu memerah takmau menatap
Berlari sejurus hendak menghilang

Dingin ditengkukku masih terasa
Jarak kita mungkin berjauhan
Hanya itu yang aku ingat

Lalu, Kau berdiri menghakimi
Menanyakan kebenaran penderitaan
Sedang Aku hanya terdiam

Lalu, Kau berjalan perlahan
Menggenggam hatiku penuh keraguan

Perempuan berkacamata itu pergi
Untuk kemudian kembali menanyakan tentang keyakinan

Kapten Ri dan Dr Def : the fog lane


Aku terbangun saat Dr Def menjingkrak senang melihat tanda selamat datang dipagi buta itu, dini hari kelabu aku tak dapat mengenali lagi tempat ini. Kelabu bukannya gelap yang menyapa pukul 3:20 ini. Kami mengendarai salah satu bus AKAP (antar kota antar propinsi) kemarin siang dan tiba pagi ini. Aku diminta oleh Profesor Enguin untuk memeriksa kadar pencemaran dan penyebab kabut asap dikota kelahiranku ini.
“yeah, aku kembali Reminder”
Kota kelahiran yang banyak mengingatkanku akan peristiwa bersejarah bagaimana orang dulu berjuang untuk merdeka, sampai sekarang seudah tiga generasi berlalu. Aku heran dengan kebiasaan buruk kami disini yang masih saja seperti ini setiap tahunnya. Kunjunganku yang terakhir adalah 3 tahun lalu, saat itu aku meninggalkan kota ini dalam proses penyembuhan dari sakit. Aku dan Dr Def menumpang taksi menuju perumahan rakyat, kami akan istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan kami menuju lokasi penghasil asap. Kota ini selalu membuatku rindu, sungainya yang besar membelah kota menjadi dua besar, sebuah jembatan besi gagah menyatukan mereka. Jembatan yang merupakan sebuah bentuk pertanggung jawaban mereka yang pernah menyerang kota ini telah menjadi Icon dan kebanggaan kami semua yang tinggal dibawahnya. Aku masih ingat saat kecil ayahku mengajakku mendekati bangunan raksasa berwarna kuning itu, aku tertegun heran bagaimana manusia bisa membuatnya. Setelah dewasa aku tak kagum sama sekali, masih ada yang Maha hebat, yang menciptakan para pencipta bangunan megah itu berkali lipat lebih hebat.
Kami melewati jembatan itu, Bridge of Reminder namanya. Jembatan pengingat, suasana tenang dini hari menyergapku menyentuh relung hati terdalam mengingatkan akan kejadian yang aku alami dulu. Kota ini pernah berjaya, pernah mengharum diseluruh negeri, menjadi pusat ilmu pengetahuan dan budaya. Kini aku kembali untuk alasan pikiran dangkal para serakah yang mengirimkan monster hanya untuk membuka hutan. Aku sedih sehingga membuatku ingin sekali kembali, mengembalikan kejayaan yang hilang itu. Kami langsung beristirahat begitu tiba disebuah mess kecil tempat perwakilan Silent hill (bukit diam). Dr Def mulai melakukan sampling terhadap kadar asap disekitar mess kami kemudian menganalisanya, asap yang ada disini hampir sama seperti yang terjadi di kota Mati (Death City). Kemungkinan disebabkan oleh monster Api (fire) tipe 3 atau 4 karena kadarnya sudah sangt tinggi diudara.
Pagi itu juga kami mendatangi pusat asap, disana terdapat sebuah lahan gambut kering yang menjadi favorit bagi monster api. Ribuan petugas pemadam dan pasukan khusus sudah berusaha memadamkan api namun tak pernah selesai, setiap kali berhasil dipadamkan maka akan muncul kembali titik api baru seolah menghindar dari para petugas. Aku mengetahui apa yang menjadi masalah mereka.
“kita akan membuat kanal kecil mengelilingi titik api yang luas ini kemudian menggunakan alat pendeteksi panas kita akan mencari induk api. Dengan mematikan induk api maka tidak akan muncul kembali titik api baru”

setelah bekerja hampir 2 jam akhirnya kami berhasil mengendalikan api. bukan tanpa kesulitan pertarungan kami kali ini diikuti dengan evolusi dan inovasi monster api (fire) kami sedikit kesulitan karena sang indung dapat memecah diri dan bergabung dengan anakannya. aku tak dapat bekerja sendiri, semua kemampuan pasukan taktis aku gunakan. ketika berada dipusat panas, segera aku mengambil sisa sampel api dan aku berikan pada Dr Def.

“serangan the fire semakin ganas tahun ini”
“iya benar, kita tidak bisa membiarkannya begitu saja. kita harus mencari cara mencegahnya menguasai pikiran penduduk bumi agar tak terulang lagi dongeng itu”

aku dan Dr Def kembali ke base kami di jekarda. setelah melakukan sosialisasi dan penyuluhan pencegahan kabut asap. kami serahkan tugas selanjutnya kepada semua pihak terkait yang sudah ditugaskan untuk melakukan penanggulangan bencana.

aku hanya singgah sebentar disiniz negeri asapku. kota hangat yang menyimpan semua kenangan hidupku. butuh kesadaran tinggi dan jangka waktu yang lama untuk mengubah pola pikir demi kemajuan peradaban, semua itu karena urusan perut. ketamakan manusia, kalau sudah begini sulit untuk mencegahnya. karena itu sudah menjadi sifat dasar manusia. aku meninggalkan City of Reminder dengan harapan suatu saat penduduk dan pemangku kebijakan dapat berpikir demi kehidupan nyata orang banyak.

untuk cerita lainnya silahkan kunjungi blog baru saya
www.kaptenri.com
terima kasih

awas jangan bengong


Sore itu aku sedang duduk santai disebuah warung dipinggir jalan sambil menikmati makanan yang disajikan berupa jajanan khas kota Palembang yaitu pempek, model dan tekwan. Diseberang jalan sana aku melihat seorang Ibu sedang menuntun anaknya yang terlihat sangat senang dan pecicilan. Sambil memegang erat tangan mungil itu sang ibu menuntunnya untuk menyeberang jalan.
“Awas nak banyak Honda”
Ibu itu mengingatkan anaknya agar berhati hati ketika ingin menyeberang jalan yang membuatku tersenyum geli mendengar istilah Istilah ibu itu untuk menyebut kendaraan roda dua yang lalu lalang didepannya. budaya campuran antara Melayu dan Jawa sangat kental disini.  Satu hal yang membuat aku selalu terkekeh adalah sebutan penduduk asli kota ini untuk sepeda motor adalah Honda. Entah mengapa yang jelas kata mereka dulu kendaraan bermotor itu merknya adalah Honda sehingga mereka jadi terbiasa. Aku jadi teringat bagaimana Ibuku juga sering mengingatkanku agar berhati hati ketika menyeberang jalan atau bermain dijalan ketika masih kecil dulu dikampungku dipedalaman hutan Sumatera jauh dari kota. Kendaraan bermotor yang melintas dalam sehari tak lebih dari 5 buah sangat jarang sekali, itulah mengapa kami sangat senang bermain dijalan. Sekarang semua sudah sangat berbeda, setiap detik kendaraan itu lewat tak memberi kesempatan sedikitpun bagi pejalan kaki untuk menyeberang.
Sekarang aku berada disalah satu kota terbesar di Pulau Sumatera, kota yang sangat padat dengan arus lalu lintasnya tak heran kalau hampir setiap hari terjadi kecelakaan dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintas dan kebandelan pengendaranya. Entah sudah berapa sering aku menyaksikan didepan mataku sendiri bagaimana kecelakaan terjadi, mulai dari serempetan kecil yang diakhiri dengan adu mulut atau kebiasaan anak anak tanggung yang biasa disebut cabe – cabean dan terong – terongan berjalan santai disore hari dengan sedikit ugal – ugalan membuat pengendara lain gusar, tak jarang mereka terkena tegur keras oleh bapak – bapak atau ibu – ibu pengendara lain yang merasa terancam dengan kehadiran mereka. Mereka tidak hanya membahayakan orang lain yang berkendara disampingnya namun juga mengancam diri mereka sendiri dengan berboncengan tiga tanpa menggunakan Helm. Berboncengan tiga saja sudah sangat salah, kendaraan itu dirancang untuk berdua. Tak pernah aku melihat Jok sepeda motor dibuat dengan tiga lengkungan sebagai tanda bahwa Jok itu dipergunakan untuk tiga orang. Mengendarai sepeda motor tanpa Helm juga sangat salah, Helm dirancang untuk melindungi kepala dari benturan saat terjadi kecelakaan. Tentunya para pengembang dan ahli keselamatan sangat mengetahui mengapa Helm diciptakan, bukan untuk mengganggu pengendara atau membuat jadi tidak nyaman melainkan sebagai perlindungan minimal saat terjadi kecelakaan. Semua orang tentu saja tidak ingin mengalami kecelakaan, untuk itu kita harus waspada dan fokus saat berkendara. Mulai dari persiapan kendaraan bagaimana keadaan mesin, apakah rem berfungsi baik rem depan maupun belakang karena setiap rem tidak bisa saling menggantikan salah satunya tidak berfungsi maka resiko kecelakaan akan semakin tinggi. Rem depan untuk mengurangi laju kendaraan secara cepat, sekitar 60% kendaraan akan berhanti ketika rem depan ditekan namun untuk mempercepat proses pengereman rem belakang sangat penting guna mengurangi selip ban depan. Bagi kendaraan sport atau motor besar memang dilengkapi dengan teknologi ABS (Antilock Break System) teknologi ini memungkinkan roda depan atau belakang tidak langsung berhenti secara mendadak pada saat pengereman dilakukan sehingga para pengendara tidak akan terjungkal. Kemudian lampu sign (tanda) dan lampu rem yang menjadi tanda untuk pengendara lain bahwa kita ingin berbelok atau berhenti.
Selain kesiapan kendaraan, kesiapan pengendara dan pengetahuannya juga menjadi sangat penting. Kesiapan adalah apakah pengendara dalam keadaan prima untuk melakukan perjalanan, semua anggota tubuh harus sehat karena akan digunakan untuk menggerakkan setiap tuas penting saat berkendara. Kemudian bathin pengendara apakah mampu untuk menjalankan motornya, ketidaksiapan ini dapat membahayakan orang lain dan mengancam diri sendiri untuk itu siapkan mental sebelum turun kejalan. Dan yang paling saya benci adalah tentang pengetahuan pengendara dijalan, hal ini akan menyangkut pelanggaran lalu lintas lalu keegoisan dan keserakahan pengendara dijalan. Pengendara yang baik akan mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan saat berkendara demi keselamatan bersama. Aku paling benci melihat pengendara yang membunyikan klakson saat sedang macet parah (stuck) entah apa maksudnya yang jelas dengan mengklakson kendaraan secara terus menerus tidak akan membuat lalu lintas menjadi lancar, kebodohan ini malah akan membuat hati semakin panas dan emosi itulah pentingnya mengatur mental sebelum turun kejalan agar tidak mengganggu pengendara lain. Kalau memang buru buru kenapa tidak ditinggalkan saja kendaraannya kemudian berlari atau naik helikopter, bukankah tindakan nyata akan menghasilkan sesuatu dari pada sejuta cacian.
Pelanggaran yang sering membuat macet dan mengakibatkan kecelakaan adalah memutar ditempat yang tidak seharusnya, banyak sekali pengendara yang melakukan kegiatan ini dengan alasan tempat mutar jauh. Bukankah para pembuat marka jalan (Dishub dan Polri) sudah melakukan serangkaian tes dan penelitian mengapa marka jalan dibuat begitu, bukan ingin merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lain namun demi alasan keselamatan. Rambu dilarang memutar karena laju kendaraan dari arah berlawanan kencang karena jalan lurus. Ketika kita melanggar maka akan terjadi kemacetan dari arah kita datang dan arah berlawanan karena semua kendaraan mengurangi laju kendaraannya untuk membiarkan kita lewat. Tidak semua pengendara mengurangi kendaraan karena mereka berpikit juga kita yang salah, kalau sudah begini kecelakaan akan terjadi. Kemudian saat dilampu merah, bagaimana orang yang berada dibelakang pengendara paling depan akan membunyikan klakson panjang tujuannya agar pengendara didepan maju. Aku paling jengkel kalau sudah diklakson seperti ini. Maka sebagian pengendara didepan akan memajukan kendaraannya secara perlahan hingga ketengah simpang membuat mereka yang punya jatah semakin ngebut agar tak kena maling, nah kalau ada yang tertabrak saat berada ditengah itu lantas tak ada satu pun yang peduli dari pengendara tak sabaran yang mengklakson secar membabi buta tadi, mereka saling menyalahkan.
Aku juga seorang pengendara motor, meskipun tak selalu taat aku mencoba untuk tidak melanggar dengan selalu menggunakan Helm demi keselamatan  meskipun hanya keluar gang untuk membeli sesuatu di mini market depan gang. Kejengkelanku dengan suara klakson dari orang dungu tak tahu ajaran itu sering kali membuatku berdebat atau mengundang kemarahan dari pengendara lain. Pernah suatu pagi aku dalam perjalanan pulang sehabis membeli sarapan, jarak sekitar 20 meter aku menyalakan lampu Sign sebelah kanan karena gang rumahku berada disana, aku mengurangi laju kendaraan secara bertahap agar pengendara dibelakang tahu bahwa aku ingin berbelok, tiba – tiba seorang pejantan tangguh mengklaksonku tepat disamping sebelah kananku seakan ingin memotong kendaraanku, padahal dari arah berlawanan banyak kendaraan mendekat padat, tak aku beri ruang kemudian aku menoleh sambil mengarahkan motorku masuk dalam gang. Sebelum masuk aku melihat pengendara tadi yang tak sabaran itu sambil aku lontarkan kata – kata nasihat dengan keras
“DAK LIAT APO WONG LA NGIDUP SEN”
*tidak lihat apa kalau saya sudah menyalakan lampu sign”
Bahasa palembang kental yang kasar dan keras itu membuat pengendara itu menoleh lalu berhenti dijalan didepannya, aku juga berhenti dimulut gang. Jarak kami 20 meter sambil aku buka kaca helm aku tatapi terus hingga akhirnya dia pergi karena merasa salah. Pelajaran yang aku dapat dari kejadian ini adalah para pelanggar lalu lintas yang membahayakan diri sendiri dan mengancam keselamatan orang lain ini masih memiliki rasa malu dan bersalah ketika mereka hampir mengalami kecelakaan. Sekali lagi, HAMPIR MENGALAMI KECELAKAN. Ketika hanya ugal ugalan kemudian ditegur mereka malah semakin menjadi seperti perilaku cabe – cabean dan terong – terongan itu. Dan bahkan mengelak ketika hanya dinasehati,
“ah Cuma depan sini kok”
Siapa yang tahu kamu keluar gerbang tiba tiba ada gerobak sayur tak terkendali terus nabrak secara tak sengaja yang menyebabkan kulit robek kepala lecet.

Oleh Rian R Tandra

kapten Ri dan Dr Def : City of Reminder


Aku terlahir disini, sebuah tempat yang menurutku sangat aneh. Setiap hari kami harus memakai masker jika ingin melakukan aktivitas diluar rumah. Dua tahun lalu rumah merupakan salah satu tempat teraman ditempat ini, namun sekarang balai kota adalah satu satunya tempat yang paling aman bagi kami untuk membuka masker. Desa kami dikelilingi tembok raksasa dengan atap berbentuk kubah terbuat dari kaca yang mengurung kami selamanya diarea seluas 20.000 hektar ini. Keadaan kubah pelindung yang semakin rapuh membuat keadaan kami semakin memburuk, Oksigen menjadi kebutuhan utama selain makanan yang juga sulit didapat.
Hari ini kami dikumpulkan dibalaikota untuk menentukan apa kemampuan kami dan akan ditempatkan dibagian mana kami nanti. Aku terpilih menjadi seorang cacat yang dikucilkan warga, seorang Reminder. Aku belum tahu tugaku ini apa, setiap generasi (50 tahun) sekali hanya akan ada satu Reminder dan keberadaan mereka sangat misterius. Mereka tinggal disebuah gudang dibelakang perpustakaan. Temanku adalah Def, Ia terpilih menjadi seorang Ilmuan sesuai cita citanya.
“Ri, baiknya kamu temui dulu Reminder siapa tahu kamu tertarik”
“tapi itu adalah pekerjaan yang dihindari semua orang Def”
“apa salahnya mencoba, kalau kamu tidak suka kamu boleh tinggalkan”
Sedikit motivasi dari Def akhirnya aku menemui Reminder pak Sabar. Beliau sedang duduk sendiri dibalkon perpustakaan,
“kamu penerusku?”
“iya pak”
“akhirnya tibalah masanya untuk kita semua”
“maksudnya pak?”
“ikut aku”
kemudian kami berdua menuju gudang berukuran 2×3 M. Disana beliau memberikan padaku sebuah batu bertulis bahasa Palembang, bahasa Kuno yang sudah lama kami tinggalkan. Dalam batu itu tertuliskan :

“apa maksudnya ini?”
“aku juga tidak tahu, tugasku hanya sampai disini saatnya kau yang mencari tahu”
Aku yang penasaran kemudian pergi keperpustakaan mencari buku sejarah yang sering aku baca dulu.
“Ri, kau adalah seorang Rimender”
“Iya pak, sudah saatnya”
Penjaga perpus menyerahkan sebuah buku. Disana terdapat dongeng dongeng pengantar tidur kata penjaga perpus. Aku sadar, itu bukan dongeng, itu adalah saat dimana hidup dibumi terasa sangat indah. Bumi bukan dongeng, bukan surga setelah kami mati, tempatku adalah bagian dari bumi.
“temui rekanmu Def, tanyakan padanya”
Aku segera menemui Def dan memintanya mencari arsip tentang sejarah bumi dan apa yang terjadi sebelum bumi lenyap.
“bumi adalah tempat makhluk hidup, disana ada hewan
tumbuhan dan menusia hidup berdampingan”
“lalu apa yang terjadi?”
“keserakahan manusia telah membuat bumi menderita dan rusak,
terjadinya pembakaran lahan, polusi kendaraan bermotor, pencemaran limbah d
an pertambangan besar besaran”

Istilah istilah yang membuat aku bingung sekaligus merinding dengan apa yang aku dengar semua itu menyebabkan kerusakan yang massive selama ribuan tahun kehidupan manusia. Keesokan harinya aku berniat untuk menemui walikota, Def melarangku.
“jangan Ri, walikota adalah musuhmu.
Itulah mengapa beliau sangat membenci dan mengucilkankalian”
“lalu aku harus kemana?”
“kita temui aktivis lingkungan”
Aktivis lingkungan adalah orang yang percaya ramalan, bahwa suatu saat hidup akan membaik. Aku menemui pimpinan mereka, Pak Salim. Beliau mempercayai semua cerita, argumen dan dongeng yang aku ceritakan padanya. Kemudian beliau memerintahkan para anggotanya untuk membantuku menemukan jalan keluar yang dijanjikan itu. Sebuah petunjuk dari nenek tua
“disana ada sebuah pintu”
“pintu keluar?”
“kami tak pernah tahu, walikota mengubur dan menutupnya.
Tempat itu sangat terlarang”

Seorang pemegang sejarah dan ramalan kuno mengatakan bahwa dibelakang gedung balaikota terdapat sebuah gudang bawah tanah yang sudah lama dilupakan, disana terdapat sebuah lorong yang tak pernah ada yang bisa menembusnya terlalu banyak jebakan disana, dan walikota sudah melarang semua warga mendekati tempat itu.
kami langsung mencari tempat keramat itu. kami menjadi buronan kota, sedang pak salim sudah ditangkap dengan alasan penghianat. dalam keputus asaan akhirnya kami menemukan gudang itu, aku ditemani sekitar 4 orang mencoba menembus tempat itu. Dibekali beberapa alat dan petunjuk dari Def aku nekat menembus gelap dibawah kota.  Disana terdapat sekitar 7 jebakan yang mematikan anggota kami bersisa 2 orang, saat kami memasuki rintangan terakhir berupa sungai bawah tanah. Setelah sampai diujung aku keluar disebuah pinggiran tempat yang penuh dengan tumbuhan kecil, seperti rumput dalam dongeng. Didinding kota kami terdapat tulisan :

kalo kamu selamat sampe disini berarti saatnyo kaummu jugo keluar, bukalah kunci ini.

Aku kemudian meletakkan semacam kartu yang terbuat dari kaca pemberian Pak sabar. Kemudian terbukalah kubah dan gerbang didepanku yang ternyata rombongan Def sudah menanti disana, kami menyebar menjelajah tempat baru yang tak pernah kami lihat sebelumnya kecuali dalam cerita dongeng. Mereka memanggilku Kapten Ri yang terpilih. aku dan Def melanjutkan petualangan dan hidup kami didunia baru itu. kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan manusia generasi pendahulu kami.

Oleh Rian R Tandra

untuk cerita serem lainnya silahkan kunjungi blog baru saya
www.kaptenri.com
terima kasih